Bos, ayah, teman sekaligus sahabat saya pernah menceritakan kepada saya bagaimana sulitnya beliau mengambil sebuah keputusan justru diawal-awal meliau memulai sebuah hubungan dengan seseorang. Sang calon mertua yang sangat baik dan mulai menerima dirinya menjadi calon mantu justru berpaling 360 derajat dan mulai membuat benteng pertahanan tampa dia tahu penyebab pastinya. Jikalau saja dia mengikuti naluri mudanya plus ditambah darah batak yang mengalir dalam darahnya tentu akan menghasilkan sebuah cerita melankonis. Disebuah pagi jalan arah ke pasar beliau menunggu ibu kekasihnya untuk mencari tau perubahan prilaku suaminya; usut punya usut ternyata sang ayah marah kepada calon mantunya hanya karena ketika beliau ingin merokok disaat yang bersamaan sang calon mantu berpamitan pulang sambil membawa korek gas yang sudah lama diinginkan sang ayah. Karena merasa kesal atas ulah calon mantu yang kurang ajar tersebut - maka sang ayah melancarkan aksi balas dendam. Semua bisa berakhir happy ending setelah calon mantu memberikan hadiah sebuah korek api tersebut disertai dengan sebuah permintaan maaf yang tulus. Kini mereka telah berbahagia dan memiliki 4 orang putra dan putri yang kesemuanya sukses menjadi orang baik.
Sebuah masalah bisa kita ibaratkan sebuah jalan dengan tembok besar didepan, ketika kita tidak lagi bisa melangkah itu adalah saat dimana kita memanfaatkan waktu untuk berpikir sejenak. Kembali mundur kebelakang untuk mengevaluasi langkah apa yang sudah kita tempuh selama ini serta langkah selanjutnya yang harus diambil untuk prospek kedepannya. Mundur dan melihat seberapa besar tembok tersebut adalah sebuah proses pemecahan masalah. Jika temboknya hanya pendek tentu dapat dengan mudah kita langkahi. Akan tetapi apabila temboknya tinggi dan panjang tentu kita harus mencari lubang atau sebuah tangga untuk bisa sampai kesisi lainnya. Apapun caranya - sebuah langkah yang diambil dengan kepala dingin akan membuat kita bisa melihat dengan lebih bijaksana dan memutuskan langkah yang diperlukan dalam menghadapi setiap persoalan.
wahid hasim, 24 sept 2010. 02.52PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar